BANYAK JALAN MENUJU ROMA, NAMUN IA TIDAK DIBANGUN SEMALAM (Problematika Tugas Akhir dan Tips Mengatasinya)

BANYAK JALAN MENUJU ROMA, NAMUN IA TIDAK DIBANGUN SEMALAM (Problematika Tugas Akhir dan Tips Mengatasinya)

 

Dr. Moh. Irmawan Jauhari, S.Th.I., M.Pd.I.

Tim riset LPTNU PCNU Nganjuk, Dosen IAI-Tribakti Kediri

 

Semester akhir, terlepas dari jenjang S1, S2, maupun S3, adalah saat urgen dalam masa perkuliahan karena mahasiswa harus mengerjakan tugas akhir dengan baik dan tepat waktu. Apabila tidak dipersiapkan dan diatur dengan baik, tentu mahasiswa sendiri yang akan kerepotan. Mengingat semakin padatnya kegiatan serta waktu yang semakin menipis. Kalau pada S1 mulai semester enam terdapat praktik dan KKN dimana hal tersebut membutuhkan fokus tinggi, maka pada jenjang S2 dan S3, setelah perkuliahan berbasis teori usai, mahasiswa dilepaskan begitu saja untuk mandiri dan menentukan nasib yang berkaitan dengan tugas akhirnya. Tidak mengherankan kemudian banyak mahasiswa yang merasa stress menghadapi beban yang sebenarnya jika dipahami dan diurai dengan baik, dapat diselesaikan satu persatu.

Dalam menghadapi tugas akhir, setidaknya terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa. Terdapat syarat rukun yang harus ada dalam mengerjakan tugas akhir. Berbicara rukun pengerjaan tugas akhir berarti pertama, kesiapan lahir batin mahasiswa yang bersangkutan untuk menyelesaikan tugas akhir. Kesiapan ini mengambil bentuk yang beragam. Dari sisi pengetahuan, basis kognitif teoritis dan metodologis harus dikuasai dengan baik. Memiliki desain penelitian yang jelas dan terarah. Kedua, manajemen waktu yang harus diatur oleh mahasiswa sendiri. Tanpa ada manajemen waktu, maka tugas akhir akan ngambang dan liar. Pentingnya manajemen waktu dalam pengerjaan tugas akhir mengingat selama setahun, khususnya mahasiswa S1, harus menyelesaikan proposal skripsi dan skripsinya. Jika dikalkulasi, berarti hanya satu semester mahasiswa mengerjakan skripsi. Dimana masa aktif satu semester hanya empat bulan. Tanpa manajemen waktu yang baik, tentu skripsi hanya sekedar syarat formalitas yang bisa jadi tanpa kualitas dan tidak akan pernah selesai. Ketiga, mahasiswa harus memiliki mental tahan banting ketika berhadapan dengan dosen pembimbing. Rumusnya adalah, mahasiswa selalu salah. Bagaimana juga, dosen pembimbing memiliki spektrum pemikiran yang lebih luas dari mahasiswa, memiliki pengalaman menulis ilmiah lebih baik dari mahasiswa, dan memiliki celah kecil yang bisa jadi tidak tercover dalam penelitian mahasiswa. Dosen pembimbing dengan demikian tidak sekedar menyalahkan dan mencorat-coret namun juga mengarahkan mahasiswa ke jalan yang baik dan benar. Tugas akhir mahasiswa pada hakikatnya adalah cermin dari dosen pembimbing itu sendiri. Tanpa mental tahan banting, mahasiswa akan lemah beradu argumen maupun memamparkan penelitiannya. Padahal mental itu nanti akan berguna jauh ke depan ketika ia sudah menjadi bagian dari masyarakat. Sehingga masyarakat luas akan membedakan mental sarjana dengan mental anak SMP. Mereka akan bangga dengan mental sarjana yang tak mudah lapuk maupun goyang. Dan apabila mental ini tidak dibina, maka menjadi sarjana dan lulusan SMP tidak ada bedanya. Keempat, mahasiswa harus menciptakan circle yang kondusif untuk mendukung percepatan penyelesaian tugas akhir. Semisal sering ketemu sesama mahasiswa akhir untuk diskusi tugas akhir, membuat grup WA penyelesaian tugas akhir, dan lain sebagainya. Dengan seringnya berkomunikasi dengan teman yang senasib seperjuangan, gairah untuk menyelesaikan tugas akhir menemukan muaranya.

 

Syarat untuk mengerjakan tugas akhir juga perlu diketahui agar para mahasiswa tingkat akhir dan lembaga menjadi mengerti bahwa kesiapan dan ketuntasan mahasiswa pada hakikatnya tidak bisa berdiri sendiri. Pertama adalah, budaya akademik yang baik. Dalam hal ini tentunya kampus harus memiliki budaya akademik yang baik jika ingin nantinya tugas akhir yang dibuat oleh mahasiswa mutunya tinggi. Budaya akademik ini tercermin dari seberapa maksimal penerapan tridarma di sebuah perguruan tinggi. Bagaimana manajemen input, proses, sampai output dan outcamenya. Misalkan dalam perkuliahan tarbiyah dibangun pondasi pemikiran mahasiswa tarbiyah yang tidak sekedar mampu menjadi tenaga pengajar, namun juga berjiwa riset tinggi sehingga dapat memetakan sekian problem dalam dunia pendidikan serta menemukan penyelesaiannya. Lebih dalam lagi, CPL dengan demikian tidak sekedar narasi akademis tapi juga berorientasi kepada praksis skill mahasiswa. Dalam penelitian, adanya kebijakan baru dalam standar 7 dan 8 dimana keterlibatan mahasiswa terkait penelitian dan pengabdian dicantumkan, sebenarnya merupakan wadah untuk mengarahkan mahasiswa memiliki basis pengalaman penelitian maupun pengabdian dengan didampingi atau berkolaborasi bersama dosen. Hal ini apabila diterapkan mulai semester tiga, dimana dengan bimbingan dosen mahasiswa diajak melakukan riset, tentu akan memberi bekal berharga ketika mereka nantinya melakukan penelitian untuk tugas akhirnya sendiri. Kedua, pentingnya budaya membaca dan diskusi di luar perkuliahan untuk menunjang pengetahuan mahasiswa. Forum-forum diskusi di luar perkuliahan bagus untuk turut menyiapkan dan menjadi syarat mahasiswa mengerjakan skripsi yang baik karena ketika budaya diskusi sudah terbangun sebelum mengerjakan tugas akhir, maka mahasiswa tidak akan kekeringan ide maupun informasi mengingat ia sering mendapatkan masukan dan sanggahan dari temannya dalam berbicara sebuah konsep dan teori.

Apabila syarat dan rukun tersebut tidak terpenuhi, maka beberapa tips yang bisa menjadi opsi adalah, percepatan penyelesaian tugas akhir dibantu dengan membuat bengkel pembinaan tugas akhir dengan didampingi dosen, kontrol yang berkelanjutan dari dosen pembimbing terhadap mahasiswanya, dan membangun spirit kepada mahasiswa bahwa tugas akhir yang baik adalah yang selesai tepat waktu terlepas apakah kontennya bermutu atau tidak. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa mereka memang dituntut untuk tepat waktu dalam studi. Sekaligus otokritik kepada perguruan tinggi seberapa jauh dosen dan staff peduli pada peningkatan kualitas mahasiswa. Mengingat kuantitas dan kualitas pada akhirnya mendatangkan outcame positif bagi perguruan tinggi itu sendiri.

baca juga: mudah menulis buku untuk pemula: trik praktis menulis

Pada akhirnya, banyak jalan menuju Roma namun ia tidak dibangun semalam. Banyak jalan untuk mengerjakan tugas akhir namun ia tidak bisa dikerjakan semalam. Banyak jalan ini bisa dikembangkan sendiri sesuai pemahaman masing-masing. Namun yang pasti, akan terasa perbedaan antara tugas akhir yang dikerjakan dengan syarat rukun yang terpenuhi dengan tugas akhir yang ala kadarnya. Dan ini menjadi refleksi mendalam buat kita semua yang berkecimpung dalam perguruan tinggi.