Kearifan Budaya Ketupat (Kupatan) Masyarakat Muslim Indonesia

Kearifan Budaya Ketupat (Kupatan) Masyarakat Muslim Indonesia

lptnunganjuk.com. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444H, pada umumnya masyarakat Indonesia terbiasa saat hari Raya Idul Fitri menjadikan ketupat sebagai makanan wajib saat merayakan momen lebaran tersebut. Makanan ini biasanya menjadi teman hidangan bersama opor ayam hingga daging rendang, atau sayur tahu dengan santan yang khas jika di desa. Bisa jadi akan timbul pertanyaan mendasar mengapa ketupat selalu hadir dan menjadi makanan wajib saat momen lebaran? Seolah-olah momen lebaran tidak akan bermakna tanpa kehadiran ketupat. Jawaban singkatnya ketupat memiliki sejarah panjang di Indonesia, oleh karena itu kali ini lptnunganjuk.com mencoba untuk menelisik sejarah dan makna filosifi dari ketupat itu sendiri.

Sejarah Ketupat

Ketupat merupakan jenis makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam janur (anyaman daun kelapa). Ketupat ini bisa berbentuk kantong, prisma, lonjong dan lain sebagainya sesuai dengan keterampilan yang membuat, kemudian dimasak. Berdasarkan sejarah, maka  Lebaran Ketupat diperkenalkan pertama kali oleh salah satu Walisongo, yakni Sunan Kalijaga. Berdasarkan situs wikipedia, Sunan Kalijaga adalah seorang tokoh Walisongo, dikenal sebagai wali yang sangat lekat dengan muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi dan budaya Jawa. Makamnya berada di KadilanguDemak. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan DemakKesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati dan Sunan Kalijaga wafat pada tanggal 10 Muharram/Sura tahun 1513 adalah tahun saka jawa atau sekitar 17 oktober tahun 1592 masehi (haul Sunan Kalijaga diperingati setiap tanggal 10 Muharram oleh masyarakat di Kadilangu Demak) dan dilanjutkan Sunan Hadi sebagai pemimpin kadilangu, pada tahun 1601 masehi gelar berubah menjadi Panembahan Hadi, (karena gelar Sunan digunakan Sunan Hanyokrowati sebagai Raja Mataram) sampai dengan keturunan sekarang trah Panembahan widjil di kadilangu Demak. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga ,dia orang nya sangat berbakti kepada orang tua. Konon Sunan Kalijaga bertapa di sungai selama 27 tahun lamanya. Kala itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan istilah ba’da atau bakda Lebaran dan Bakda Kupat yang artinya sesudah Lebaran atau sesudah Kupat.

Potret lukisan Sunan Kalijaga (https://id.wikipedia.org)
Potret lukisan Sunan Kalijaga (https://id.wikipedia.org)

Kemudian tradisi ketupat pada saat perayaan Lebaran tersebut diawali dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga. Bakda Lebaran merupakan prosesi pelaksanaan sholat Id mulai dari 1 Syawal dengan berkunjung kepada family utamanya kedua orang tua dan dilanjutkan kepada anggota keluarga lainnya, untuk saling silaturahmi. Tradisi ini biasanya saling bermaaf-maafan antra keluarga, dan sanak saudara.  Pada umumnya Bakda Kupat atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat diperingati seminggu  setelah lebaran. Masyarakat muslim Jawa umumnya membuat ketupat untuk dimakan bersama-sama, yang sebelumnya dilakukan doa bersama untuk memohon kebaikan dan keberkahan.

Kemudian terciptalah tradisi membuat ketupat baik untuk dimakan bersama atau diantarkan ke kerabat dekat atau orang yang lebih tua. Umumnya, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Jawa yang selalu digelar setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri sebagai harapan agar dapat saling memaafkan.

Makna Ketupat

Tradisi jawa ini “Ketupa/ Kupatan” atau yang disebut dengan hari Raya Ketupat memiliki maka “Kudu Gelem Ngaku Lepat. Kelawan Lelaku Papat“. Secara sederhana istilah tersebut dapat dimaknai sebagai umat Islam harus mau mengaku salah dgn prilaku 4 hal. Empat hal itu adalah: “Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan”.

  • Lebaran artinya berhari raya merayakan kemenangan dengan diperbolehkan makan-makan setelah berpuasa 1 bulan penuh pada bulan Suci Ramadhan.
  • Luberan artinya saling berbagi saling memberi, makanya dihari raya ada saling ‘nyangoni’, memberi angpow, THR dan mengeluarkan zakat fitrah & mal dibulan Ramadhan.
  • Leburan artinya melebur dan memaafkan dosa-dosa sesama umat muslim, tanpa memandang ras, suku dan budaya serta tanpa memandang dari partai mana.
  • Laburan artinya diperbaharui, seperti rumah kita dilabur/ dipercantik/ direnovasi atau hanya   Maksudnya prilaku kita agar diperbaharui lebih baik lagi. Sehingga dosa-dosa kita diampuni sebagaimana bayi yang baru lahir tanpa dosa. Sehingga terkadang doa umat muslim kepada muslim lainya saat hari raya tiba adalah “semoga kembali fitrah”.  Sebagaimana hadits Nabi Saw:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Yang artinya:

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu”.  (HR. Bukhari).

makna ketupat (kaskus.id)

Tujuan Lebaran Ketupat dan ragam cara memperingatinya

Ada yang mengatakan bahwa perayaan Hari Raya Ketupat merupakan sebagai bentuk apresiasi untuk umat Muslim yang telah menjalankan puasa Syawal setelah puasa bulan Ramadhan. Selain itu, tujuan dari Lebaran Ketupat bisa dimaknai sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang. Lebaran Ketupat biasanya dilaksanakan satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi Lebaran Ketupat tidak hanya sekadar makan ketupat, namun juga diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan kesalahan dengan makan hidangan ketupat.

Dalam memperingati hari Raya Ketupat, masyarkat Indonesia memiliki kearifan lokal masing-masing berdasarkan daerah. Tradisi Lebaran Ketupat dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, dan beragam cara memperingatinya, misalnya saja Tradisi Lebaran Ketupat di Kudus, Jawa Tengah dimeriahkan dengan prosesi Kirab Gunungan Seribu Ketupat. Terdapat seribu ketupat dan ratusan lepet yang membentuk gunungan dan diarak oleh orang-orang dari desa menuju Masjid Sunan Muria. Tradisi ini bermakna sebagai bentuk rasa syukur atas kelancaran puasa Ramadhan.

ilustrasi (kompas.com)

Bedahalnya dengan masyarakat di Magelang, secara tradisi saat bulan syawal datang, masyarakat

Disana memeriahkan dengan Festival Balon Syawalan. Tradisi tersebut diketahui sudah ada sejak tahun 1980-an dan melibatkan banyak orang untuk menerbangkan sekitar 150 balon udara tradisional. Lokasi yang digunakan dalam Festival Balon Syawalan adalah Masjid Agung Kauman dan lapangan dusun setempat.

Kemudian di jawa timur, salah satu daerah di Pulau Jawa yang merayakan Lebaran Ketupat adalah Kota Batu, Jawa Timur. Warga di Kota Batu menyiapkan ketupat dengan ukuran mencapai lebar 50cm  serta panjang 60 cm dan tebalnya 30 cm. Tidak hanya masyarakat jawa, masyarakat luar jawa pun memiliki trandisi sendiri saat hari Raya Ketupat tiba, masyarakat Manado juga merayakan Lebaran Ketupat dengan saling bermaaf-maafan, hingga masyarakat di Lombok, NTB juga merayakan Lebaran Ketupat dengan nama Lebaran Topat yang sudah ada sejak zaman dahulu. Acara ini digelar dengan mengadakan ‘nyangkar’ dan melibatkan banyak orang. Dimana masyarakat lokal akan melakukan arak-arakan dengan cidomo hias berisi ketupat ke pusat acara yakni di makam Loang Baloq. Cidomo merupakan angkutan tradisional yang mirip dengan andong atau delman dari Lombok.

 

Belajar Ekonomi Makro.