Kepemilikan Tanah Sebagai Palaku Dalam Perkawinan Adat Dayak Ngaju Terhadap Status Hukum Dan Implikasinya Dalam Sengketa Perceraian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Palangka Raya Nomor 63/PDT/2020/PT. PLK)

Authors

  • Rahmah Universitas Islam Negeri Palangka Raya
  • Ibnu Elmi AS Pelu Universitas Islam Negeri Palangka Raya
  • Abdul Helim Universitas Islam Negeri Palangka Raya

DOI:

https://doi.org/10.59240/kjsk.v5i2.228

Keywords:

Dayak Ngaju Customary Law, Land Ownership, Marital Property, Divorce Dispute

Abstract

This study explores the Dayak Ngaju customary marriage in Central Kalimantan incorporates unique elements of indigenous legal values, one of which is the practice of palaku or dowry, which may take the form of land. This study examines the legal status of land used as palaku in customary marriage and its implications for the protection of women’s rights to marital property, focusing on the Decision of the Palangka Raya High Court Number 63/PDT/2020/PT. PLK. A normative juridical approach is applied to explore the tension between customary law and national law, especially regarding the transfer of land without the legal wife's consent. The findings reveal that the transfer of jointly owned land as palaku without explicit spousal consent violates national legal principles. The decision reflects gender inequality and legal gaps that fail to adequately protect women in the national justice system. This study highlights the urgent need to harmonize customary law with national law in order to uphold substantive justice, particularly in divorce cases involving high-value assets.

References

Bahriyah, A. Z., et al. (2024). The existence of Islamic politics against heterodox of Islamic movements in Indonesia: Post-independence Rifa’iyah sect. AJIS, 9(1).

Basori, B. (2021). Revitalisasi tradisi lisan Dayak Ngaju: Sansana. Jurnal Sastra Lisan, 1, 52–60. https://doi.org/10.51817/jsl.v1i1.168

Dlaifurrahman, M., Aseri, A. F., & Mujiburohman, M. (2023). Hukum hadat Dayak Ngaju: Tahiu janji pangawin di Kalimantan Tengah. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 17(1), 414. https://doi.org/10.35931/aq.v17i1.1576

Elisabeth, T., & Harto. (2024). Palaku terhadap syarat perkawinan masyarakat adat Dayak Ngaju di Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kalimantan Tengah. Jurnal Reformasi Hukum Trisakti, 6(November), 1733–1743.

Hadikusuma, H. (2003). Hukum perkawinan adat. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Harika, N., Perdana, I. A., & Khairunnisa. (2025). Kaidah al-‘adatu muhakkamah dalam perkawinan adat: Khususnya perkawinan adat Dayak Ngaju dan adat Banjar. Tadhkirah: Jurnal Terapan Hukum Islam dan Kajian Filsafat Syariah, 10(2).

Ida Susanti. (2017). Disharmoni antara hukum adat dan hukum nasional dalam perlindungan hak perempuan di bidang perkawinan. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 24(4), 601–622. https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss4.art6

Labetubun, M. A. H., et al. (2023). Rekonstruksi epistimologi hukum keluarga Islam.

Marzuki, P. M. (2017). Penelitian hukum. Jakarta: Kencana.

Mubarak, A. K., Effendi, R., & Mardiani, F. (2024). The tradition of Lawang Sakepeng as a marriage requirement among the Ngaju Dayak tribe in Jekan Raya Sub-District, Palangka Raya City, Central Kalimantan. Santhet (Jurnal Sejarah Pendidikan dan Humaniora), 8(1), 733–739. https://doi.org/10.36526/js.v3i2.3587

Novialayu, E., Sakman, & Offeny. (2020). Pelaksanaan perkawinan menurut adat Dayak Ngaju di Kecamatan Timpah Kabupaten Kapuas. Jurnal Paris Langkis, 1(1), 1–14. https://doi.org/10.37304/paris.v1i1.1665

Rohman, M. M. (2023). 1.4 Bentuk dan sifat umum hukum adat. Hukum Adat, 11.

Rohman, M. M. (2021). The benefit principles of istibdāl on wakaf objects: (Analysis of Dhawābith al-Mashlahah Sa’īd Ramadhān al-Būthi). Jurnal Mahkamah: Kajian Ilmu Hukum dan Hukum Islam, 6(1), 17–36.

Rohman, M. M., et al. (2023). Metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Rohman, M. M., et al. (2024). Methodological reasoning finds law using normative studies (theory, approach and analysis of legal materials). MAQASIDI: Jurnal Syariah dan Hukum, 204–221.

Soekanto, S. (2006). Pokok-pokok sosiologi hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sriyana, & Hiskiya. (2020). Makna simbolik perkawinan adat Dayak Ngaju di Kota Palangka Raya. Anterior Jurnal, 20(1), 83–95. https://doi.org/10.33084/anterior.v20i1.1546

Sugara, B. (2021). Nilai budaya Pali Dayak Ngaju. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, 11(2), 286–300. https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/jbsp/article/view/11724

Tahir, R., et al. (2023). Metodologi penelitian bidang hukum: Suatu pendekatan teori dan praktik. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Tast, R. W. T. (2024). Perlindungan hukum terhadap hak perempuan atas petak palaku: Studi perkawinan masyarakat adat Dayak Ngaju. Jurnal Hadratul Madaniah, 11(02), 31–38.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019.

Downloads

Published

2025-08-19

How to Cite

Rahmah, Pelu, I. E. A., & Helim, A. (2025). Kepemilikan Tanah Sebagai Palaku Dalam Perkawinan Adat Dayak Ngaju Terhadap Status Hukum Dan Implikasinya Dalam Sengketa Perceraian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Palangka Raya Nomor 63/PDT/2020/PT. PLK). Kartika: Jurnal Studi Keislaman, 5(2), 1125–1135. https://doi.org/10.59240/kjsk.v5i2.228